Masjid untuk Kaum Gay Muslim di Perancis
Berita yang cukup mengejutkan. Di balik liberalisasi dan kebebasan, agaknya ajaran Islampun sudah mulai di cemari oleh keinginan suatu kaum. Seorang pria homoseksual Perancis-Aljazair berencana untuk membuka ‘masjid untuk gay’ di Perancis dan berharap dapat melalukan akad nikah bagi pernikahan sesama jenis yang beragama islam.
Mohammed Ludovic Lütfi Zahed, seorang muslim Aljazair yang tinggal di Paris menikah dengan pasangan gay-nya, berharap dapat membuka mesjid untuk gay pada akhir bulan, demikian yang dilansir dari Jerusalem Post.
Zahed mengatakan masjid, terletak di sebuah kapel Buddha di Paris. Keinginannya akan mematahkan tabu Islam dengan menolak untuk memisahkan tempat bagi perempuan dan laki-laki. Dia mengatakan: “Dalam masjid normal, perempuan harus duduk di kursi belakang dan memakai jilbab dan laki-laki didepan, sering kali gay menjadi takut akan agresi baik verbal maupun fisik. “Setelah melakukan ibadah haji, saya menyadari bahwa masjid untuk gay adalah suatu keharusan bagi umat Islam gay yang ingin melakukan sholat.”
Zahed menikah dengan Qiyam al-Din, seorang pria Afrika Selatan. Pasangan itu menikah di Afrika Selatan, di mana pernikahan sesama jenis di Afrika Selatan adalah legal dan dinikahkan sesuai dengan syariah hukum islam dihadapan seorang imam bernama Jamal Mauritian dan disahkan pada tanggal 12 Februari 2012. , dan pernikahan mereka juga telah disetujui oleh imam di Prancis, namun tidak diakui oleh pemerintah. Karena hingga sekarang Pemerintah Perancis belum mengesahkan pernikahan sesame jenis. Masih banyak pertentangan dari kaum pemimpin agama, beberapa politisi dan bagian dari daerah pedesaan Prancis. Pada bulan April, pernikahan berlangsung lagi di sebuah rumah sederhana di Servon di pinggiran Paris, dihadiri oleh orang tuanya dan teman dekat. Pasangan ini mengikat simpul di Perancis dengan berkat dari seorang imam.
Yang jelas keinginan Zahed akan di tentang oleh komunitas Muslim Perancis. Serta pertentangan dari kelompok terhadap perkawinan gay, pasangan mungkin akan menghadapi penyiksaan dari komunitas Muslim Perancis. Dia mengatakan ia secara teratur menerima surat kebencian dari umat Islam secara global. Namun itu tidak mengubah apapun, Zahed merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Beruntung baginya keluarganya merestui disorientasi seksualnya. Dan memberikan restu dengan menghadiri pernikahannya. Zahed didiagnosis dengan AIDS pada 19, memicu kebangkitan spiritualnya. Dia menambahkan bahwa jika pernikahannya tidak diakui di Perancis ia akan kembali ke Afrika Selatan.
Calon Mesjid Untuk Kaum Gay Muslim