Ekonomi Sulit, Wanita Spanyol Jual Sel Telur
Proses donor sel telur panjang, menyakitkan, dan beresiko.(Reuters/ Jean-Paul Pelissier)
VIVAnews - Perekonomian Spanyol yang kian memburuk memaksa warganya putar otak untuk mencari uang. Salah satu yang menjadi sumber pemasukan sebagian warga Spanyol di saat seperti ini adalah dari hasil penjualan sel telur dan sperma.
Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya persediaan sel telur dan sperma di berbagai klinik kesuburan di negara tersebut. Menurut catatan, hingga tahun lalu, jumlahnya meningkat 30 persen.
Salah seorang wanita yang menjadi donor mengaku telah empat kali menyumbang sel telurnya. Wanita yang enggan disebutkan namanya ini mengaku mengambil jalan ini karena pekerjaannya sebagai pembersih dan suaminya yang sopir taksi tidak mampu membiayai kehidupan mereka.
Saat pertama kali mendonorkan sel telurnya, dia ditemani ibunya datang ke Klinik Tambre di pusat kota Madrid. Pendonoran selanjutnya, dia sudah berani datang sendiri. Dia mengaku, uang yang diterimanya lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya yang kesulitan.
“Pernah sekali saya melakukan dua kali donor, saya mendapatkan 3.000 euro (Rp34,9 juta),” kata wanita ini, dilansir CNN.
Proses pengambilan sel telur tidak sebentar, menyakitkan dan sangat berisiko. Wanita pendonor akan disuntik hormon sebelum tim medis melakukan pembedahan ke indung telur. Karena itulah, klinik membayar hingga 1.000 euro (Rp11,6 juta) untuk wanita yang rela mendonorkan telur-telur mereka.
Para pria di Spanyol juga bisa mendonorkan sperma. Dengan bayaran 50 euro (Rp581 ribu) sekali donor, pria dapat menyumbangkan sperma mereka seminggu sekali selama tiga bulan. Untuk donor sel telur, tidak boleh lebih dari enam kali, demi kesehatan pendonor.
Tapi tidak semua orang bisa menyumbang sperma dan sel telur mereka. Menurut Dokter Rocio Nunez dari salah satu klinik kesuburan di Spanyol, calon pendonor harus melalui tes fisik dan psikis terlebih dulu. Hal ini diatur secara ketat di bawah undang-undang kesehatan Spanyol.
Spanyol adalah salah satu negara di Eropa yang diterpa krisis ekonomi parah sejak tahun lalu. Angka pengangguran di negara ini meningkat hingga 24 persen, seiring upaya penghematan yang dilakukan pemerintah. Selain sperma dan sel telur, warga juga menjual rambut mereka untuk wig dan bahkan ASI.
Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya persediaan sel telur dan sperma di berbagai klinik kesuburan di negara tersebut. Menurut catatan, hingga tahun lalu, jumlahnya meningkat 30 persen.
Salah seorang wanita yang menjadi donor mengaku telah empat kali menyumbang sel telurnya. Wanita yang enggan disebutkan namanya ini mengaku mengambil jalan ini karena pekerjaannya sebagai pembersih dan suaminya yang sopir taksi tidak mampu membiayai kehidupan mereka.
Saat pertama kali mendonorkan sel telurnya, dia ditemani ibunya datang ke Klinik Tambre di pusat kota Madrid. Pendonoran selanjutnya, dia sudah berani datang sendiri. Dia mengaku, uang yang diterimanya lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya yang kesulitan.
“Pernah sekali saya melakukan dua kali donor, saya mendapatkan 3.000 euro (Rp34,9 juta),” kata wanita ini, dilansir CNN.
Proses pengambilan sel telur tidak sebentar, menyakitkan dan sangat berisiko. Wanita pendonor akan disuntik hormon sebelum tim medis melakukan pembedahan ke indung telur. Karena itulah, klinik membayar hingga 1.000 euro (Rp11,6 juta) untuk wanita yang rela mendonorkan telur-telur mereka.
Para pria di Spanyol juga bisa mendonorkan sperma. Dengan bayaran 50 euro (Rp581 ribu) sekali donor, pria dapat menyumbangkan sperma mereka seminggu sekali selama tiga bulan. Untuk donor sel telur, tidak boleh lebih dari enam kali, demi kesehatan pendonor.
Tapi tidak semua orang bisa menyumbang sperma dan sel telur mereka. Menurut Dokter Rocio Nunez dari salah satu klinik kesuburan di Spanyol, calon pendonor harus melalui tes fisik dan psikis terlebih dulu. Hal ini diatur secara ketat di bawah undang-undang kesehatan Spanyol.
Spanyol adalah salah satu negara di Eropa yang diterpa krisis ekonomi parah sejak tahun lalu. Angka pengangguran di negara ini meningkat hingga 24 persen, seiring upaya penghematan yang dilakukan pemerintah. Selain sperma dan sel telur, warga juga menjual rambut mereka untuk wig dan bahkan ASI.