JEPANG – Tsunami tak hanya meninggalkan kerugian materi yang begitu besar di Jepang. Efek lain adalah terguncangnya moril warga, khususnya anak-anak yang kehilangan orangtua mereka.
Pascagempa bumi dan tsunami, kondisi wilayah timur laut Jepang, porak poranda. Banyak orang kehilangan anggota keluarga dan harta bendanya. Tak terkecuali 30 bocah yang bersekolah di Sekolah Dasar Kama, di kota Ishinomaki.
Daily Mail melaporkan, kondisi mereka sangat memprihatikan. Mereka tetap duduk di ruang kelas mereka yang ada di lantai tiga. Duduk membisu, menunggu orangtua mereka datang menjemput mereka. Mengingatkan pada kesetiaan, Hatchiko, anjing legendaris yang memiliki kesetiaan luar biasa terhadap majikannya.
Beberapa waktu lalu tsunami memporakporandakan kota Ishinomaki, dan hingga saat ini, tak satu pun dari orang tua mereka yang datang ke sana. Beberapa siswa sepertinya yakin mereka akan tetap bisa bertemu orang tuanya.
Guru-guru di sekolah tersebut meyakini, para siswa, yang berusia antara 8 hingga 12 tahun, tahu jika ayah dan ibu mereka menjadi korban hilang dan tidak akan pernah memasuki gerbang sekolah untuk menjumpai mereka. Namun mereka tidak pernah mengatakan apa-apa.
Sembari menunggu, mereka duduk membaca atau bermain kartu, ditemani para guru. Pihak sekolah juga mencegah siapapun berbicara dengan mereka, tak terkecuali para wartawan.
Pihak sekolah khawatir, jika suara pintu yang terbuka akan menimbulkan harapan palsu pada siswa. Kebisuan mereka bertolak belakang dengan kondisi di lantai empat. Di ruangan ini, anak-anak bisa bermain dengan orangtuanya yang selamat.
“Tsunami datang saat orangtua mereka datang untuk menjemput. Sehingga kami mengajak mereka masuk ke dalam gedung dan selamat,” ujar Masami Hoshi, salah satu guru.
Menurut Hoshi, siswa kelas lebih rendah telah meninggalkan sekolah bersama orang tuanya.
“Mereka yang rumahnya di belakang sekolah mungkin selamat, namun entah bagaimana nasib mereka yang pergi ke arah lain,” imbuhnya.
Saat ini, sekolah tersebut tidak mempunyai air bersih yang mengalir, listrik maupun pemanas ruangan. Toh, meski keadaan darurat, sekitar 657 orang tinggal tinggal di koridor dan ruang kelas, tertutup lumpur dan debu.
Di Ishinomaki, diperkirakan 25.000 orang tewas dan 10.000 orang lainnya masih hilang. Kemungkinan, di antara korban ini terdapat orangtua 30 siswa tersebut. Entah sampai kapan mereka harus menunggu.
Daily Mail melaporkan, kondisi mereka sangat memprihatikan. Mereka tetap duduk di ruang kelas mereka yang ada di lantai tiga. Duduk membisu, menunggu orangtua mereka datang menjemput mereka. Mengingatkan pada kesetiaan, Hatchiko, anjing legendaris yang memiliki kesetiaan luar biasa terhadap majikannya.
Beberapa waktu lalu tsunami memporakporandakan kota Ishinomaki, dan hingga saat ini, tak satu pun dari orang tua mereka yang datang ke sana. Beberapa siswa sepertinya yakin mereka akan tetap bisa bertemu orang tuanya.
Guru-guru di sekolah tersebut meyakini, para siswa, yang berusia antara 8 hingga 12 tahun, tahu jika ayah dan ibu mereka menjadi korban hilang dan tidak akan pernah memasuki gerbang sekolah untuk menjumpai mereka. Namun mereka tidak pernah mengatakan apa-apa.
Sembari menunggu, mereka duduk membaca atau bermain kartu, ditemani para guru. Pihak sekolah juga mencegah siapapun berbicara dengan mereka, tak terkecuali para wartawan.
Pihak sekolah khawatir, jika suara pintu yang terbuka akan menimbulkan harapan palsu pada siswa. Kebisuan mereka bertolak belakang dengan kondisi di lantai empat. Di ruangan ini, anak-anak bisa bermain dengan orangtuanya yang selamat.
“Tsunami datang saat orangtua mereka datang untuk menjemput. Sehingga kami mengajak mereka masuk ke dalam gedung dan selamat,” ujar Masami Hoshi, salah satu guru.
Menurut Hoshi, siswa kelas lebih rendah telah meninggalkan sekolah bersama orang tuanya.
“Mereka yang rumahnya di belakang sekolah mungkin selamat, namun entah bagaimana nasib mereka yang pergi ke arah lain,” imbuhnya.
Saat ini, sekolah tersebut tidak mempunyai air bersih yang mengalir, listrik maupun pemanas ruangan. Toh, meski keadaan darurat, sekitar 657 orang tinggal tinggal di koridor dan ruang kelas, tertutup lumpur dan debu.
Di Ishinomaki, diperkirakan 25.000 orang tewas dan 10.000 orang lainnya masih hilang. Kemungkinan, di antara korban ini terdapat orangtua 30 siswa tersebut. Entah sampai kapan mereka harus menunggu.