Thursday, March 17, 2011

Penyebab Tsunami Jepang



Ditulis oleh Aislinn Laing
Sejumlah gempabumi dipicu akibat lempeng tektonik membentuk lipatan, memecah permukaan bumi saat bergeser satu sama lain.
Tokyo terletak di kepulauan Honshu, berada tepat dipersimpangan tiga lempeng benua Eropa, Pasifik dan lempeng laut Philipina, yang secara perlahan-lahan bergeser satu sama lain, membentuk tekanan seismik dahsyat dengan kekuatan sangat ganas.
Sejumlah gunung berapi dan parit samudera disekitar Cekungan Pasifik telah menggenggam Jepang menjadi wilayah Ring of Fire.
Jepang merupakan wilayah rentan gempa sekitar 20 persen dari kesulurhan yang terjadi di dunia dengan rata-rata enam kali dalam setiap lima menit.
Ketika pusat gempa berada di dasar laut, akan mengakibatkan tsunami yang seringkali lebih menghancurkan dibandingkan dengan gempa itu sendiri.
Tsunami dari kata bahasa Jepang yang berarti gelombang dan pelabuhan adalah bergeraknya air laut dalam jumlah besar akibat pergeseran kerak bumi.
Air ini berubah menjadi gelombang yang dapat menempuh jarak sangat jauh, dengan kecepatan tinggi, menyapu daratan dan menghancurkan segalanya.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tinggi dan daya rusak tsunami. Seperti ukuran gempa, volume air, topografi dasar laut dan sejumlah penghambat alami peredam gelombang.
Perusakan hutan bakau pelindung dan terumbu karang serta dibangunnya sejumlah hotel dan rumah di pantai terbuka seringkali dituding sebagai penyebab utama tingginya kematian akibat tsunami.
Kevin McCue, seismolog CQUniversity, Queensland, Australia, mengatakan bahwa meski jumlah korban cukup tinggi, namun patut disyukuri karena jarak gempa dari Tokyo, kota terpadat di dunia ini cukup jauh.
 “Pada tahun 1932 saat gempa dahsyat Kanto (7,9 SR), mengakibatkan 147.000 orang meninggal. Dugaan kami akan terdapat lebih banyak orang meninggal dengan kerusakan yang lebih parah,” ujar Kevin McCue seperti dilansir Telegraph.
 “Untunglah Tokyo berada sedikit lebih jauh ke utara dari pusat gempa besar Kanto saat itu, sehingga mengakibatkan kerusakan di Tokyo lebih sedikit.” (Erabaru/Telegraph/sua)